JURNALBERITA.ID – SURABAYA, 23 tahun yang lalu merupakan bukti sejarah perjuangan partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dulunya bernama PDI saja. Dalam perjuangan melawan rezim orde baru saat itu merupakan titik balik bagi PDIP pimpinan Megawati Soekarno Putri.
Kejadian 23 tahun yang silam itu, tepatnya 27 Juli 1996, menjadi momentum bagi Whisnu Sakti Buana untuk tetap setia kepada PDI Perjuangan.
Walau dirinya tidak lagi mendapat mandat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan kota Surabaya. Namun, sikap setia dan loyalitas yang tinggi ditunjukan Whisnu Sakti Buana. Yang mana jiwa Marhinisme WS panggilan Whisnu Sakto Buana, merupakan titisan dari almarhum Ir Soetjipto yang waktu itu sebagai mantan Sekjen PDIP.
Whisnu Sakti Buana, selaku Wakil Wali kota Surabaya ini menjadi salah satu titisan sejarah melalui gerakan Perjuangan Rakyat untuk Reformasi Total (PRRT) jaman itu.
Cerita Whisnu saat memberikan paparnya, waktu itu ada upaya untuk penggulingan Ketua Umum PDI dijaman orde baru. Cobaan terbesar bagi partai berlambang kepala banteng moncong putih ini.
Melalui Posko Pandegiling sebagai Posko ProMeg (Pro Mega) se- Jwa Timur, gerakan anak-anak muda terus memperjuangkan ketidakadilan serta menjadi kawah candradimuka bagi para kader PDIP saat itu melawan resim Orde Baru. Utamanya dalam loyalitas dan kesetiaan pada partai.
“Peringatan ini bukan hanya kilas balik sejarah masa lalu saja, tetapi juga sebagai pengingat bahwa di posko pandegiling ini lah ada tetesan keringat dan air mata untuk menegakkan bendera perjuangan dan keadilan di bumi nusantara,” ucap WS dalam sambutannya, Minggu malam (28/7).
Peringatan 23 tahun silam ini kembali digelar di Posko Pandegiling 223, Surabaya. Kegiatan bertema ‘Banteng Pulang Kandang’ ini memiliki arti yang mendalam bagi Whisnu Sakti Buana.
Sebab, menurut Ketua PRRT Jatim ini, di Posko yang didirikan oleh almarhum sang ayah, Ir Sutjipto, mengajarkan arti kesetiaan, kebersamaan, dalam satu bendera PDI Perjuangan dibawah komando Megawati Soekarnoputri.
Ia juga mengingatkan para kader saat ini sekaligus pelaku sejarah agar tidak lupa, dan cenderung ambisi dalam jabatan politik.
“Bagi mereka yang merasa ikut sejarah itu tetapi sekarang melok kancane, mateni kancane ben oleh jabatan ndang balik o, pulang kembali ke kandang banteng,” terangnya.
Sementara, Ketua Panitia acara kegiatan ini, Herlambang merefleksikan, sekaligus menunjukkan bahwa PRRT Jatim masih eksis hingga sekarang.
“PRRT belum bubar dan ketuanya masih Pak Whisnu Sakti Buana. Dan kita semua sudah bersepakat bahwa PRRT yang berada di jalan Pandegiling ini kita hidupkan kembali.” Ucap pria yang juga mantan wartawan ini.
Terpisah peserta refleksi ‘Banteng Pulang Kandang’ yang juga sebagai ketua Fraksi PDIP DPRD kota Surabaya,Sukadar menyampaikan, kegiatan iti merupakan upaya refleksi diri dari para aktivis yang dulunya dibesarkan oleh PDI pimpinan ibu Megawati.
“Banyak kader PDI pimpinan Bu Megawati yang sukses menjadi pejabat publik. Mereka kader PDI yang nyebrang ke partai-partai lain. Lewat refleksi itu, untuk memgenang dan mengingat perjuangan para aktifis melawan ketidakadilan resim Orde baru saat itu,” papar cak Kadar sapaan Ketua Fraksi DPRD kota Surabaya ini.
Guna mengenang kembali masa perjuangan itu, barisan banteng ini menggelar acara Banteng Padegiling Pulang Kandang, guna memaknai segala benyukperjuangan kami sebagai kader yang setia pada partai pimpinan ibu Megawati Soekarno Putri, pukasnya. (JB01)