JURNALBERITA.ID – SURABAYA, PDIP tidak mengundang Ganjar Pranowo dalam pertemuan partai yang dihadiri Ketua DPP PDIP, Puan Maharani di Semarang, Sabtu (22/05/2021)
Menurut Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDIP yang juga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, Ganjar tidak diundang karena sudah kelewatan atau kebablasan.
Ganjar dinilai terlalu berambisi maju nyapres sehingga meninggalkan norma kepartaian.
BACA JUGA:
Ganjar dinilai mendahului pimpinannya (Megawati) dalam hal pencapresannya. Padahal Megawati belum ada menugaskannya.
Sebagai bawahan, Ganjar dinilai sudah abai dengan norma kesopanan. Padahal seorang pemimpin harus mengedepankan hal itu.
Ganjar juga dinilai terlalu ambisius. Padahal dalam budaya Jawa, seorang calon pemimpin atau pemimpin tidak baik mempertontonkan ambisinya. Pemimpin seperti ini dinilai tidak baik.
Dalam peribahasa Jawa disebut rame ing gawe dan sepi ing pamrih. Maknanya, dalam setiap kegiatan atau aktivitas tidak pamrih. Bekerjalah seperti air mengalir, tanpa mengharapkan pujian.
Kalau bekerja dengan hasil baik, dengan sendirinya akan mendapat pujian atau apresiasi. Karena itu, bekerjalah tanpa pencitraan.
Tampaknya hal itu yang membuat sebagian petinggi DPP PDIP tidak menyukai sikap dan perilaku Ganjar. Ganjar dinilai hanya ingin menonjolkan dirinya sendiri.
Selain itu, PDIP tampaknya sudah menyiapkan Puan Maharani untuk capres 2024. Bila Ganjar terus bergerak menyiapkan diri untuk nyapres, dikhawatirkan elektabilitasnya makin moncer dan ini akan makin sulit dibendung.
Kelihatannya, PDIP belajar pada kasus Megawati yang akan akan nyapres pada 2014. Mega akhirnya terpaksa menyerahkan ke Jokowi karena elektabilitasnya kalah jauh.
BACA JUGA:
Gejala yang sama juga bisa terjadi bila Ganjar tidak dibendung jauh-jauh hari. Elektabilitas Puan akan tercecer jauh dengan Ganjar. Kalau ini terjadi, Puan akan mengalami nasib yang sama dengan ibunya.
Mega tentu tidak ingin kasus yang sama terjadi pada anak tercintanya. Segala cara akan dilakukan untuk membendung Ganjar, termasuk dengan tidak mengundangnya pada acara di Semarang.
M. Jamiluddin Ritonga
Pengamat Komunikai Politik Universitas Esa Unggul