JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Jelang pelaksanaan Musyawarah Cabang (Muscab) Partai Demokrat Kota Surabaya diwarnai dinamika internal partai. Pendukung kedua kandidat Ketua DPC partai Demokrat Surabaya saling klaim dukung mendukung.
Munculnya dualisme dukungan dalam pencalonan jabatan ketua antara Lucy Kurniasari dan Herlina Harsono Njoto kian memanas.
Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Fahrul Muzaqqi, menyoroti gejolak tersebut. Fahrul menyebut polemik perebutan menarik simpati pengurus tingkat kecamatan untuk mendukung salah satu calon merupakan lumrah dalam politik.
“Persaingan itu tidak lepas dari konteks konsolidasi Partai Demokrat menuju 2024. Jadi bisa dipahami seandainya memang ada langkah-langkah yang kalau dilihat dari luar ini terkadang sangat dinamis sekali ya. Seperti Lucy yang awalnya didukung oleh 29 DPAC itu ternyata dalam perkembangannya bisa secara dramatis (dukungan) bisa beralih ke pesaingnya, Herlina,” kata Fahrul saat di Surabaya, Sabtu (21/5/2022).
Menurut Fahrul, mencuatnya kabar Lucy bakal mensomasi 13 DPAC karena telah menarik dukungan merupakan langkah kurang tepat. Dia menilai cara itu menimbulkan konsekuensi membuat citra Demokrat “kurang elok” didengar di luar.
“Tapi ya itulah penampilannya politik seperti itu. Jadi segala sesuatunya tidak bisa dipermanenkan. Tidak bisa diputuskan dibawa ke notaris misalkan, itu nggak bisa seperti itu,” kata Dosen FISIP Unair Surabaya itu.
Menurut kacamata politik, dia menilai langkah yang diambil Lucy dengan membuat perjanjian kesepakatan dukungan ke notaris adalah satu langkah yang kurang tepat. Dia justru menilai langkah tersebut menunjukkan kurang matangnya Lucy dalam berpolitik.
“Mungkin Bu Lucy merasa dicurangi gitu, ya. Tapi di balik itu rasanya politik praktis ya memang seperti itu. Artinya, di sini mungkin antisipasi atau langkah-langkah yang dilakukan Bu Lucy ini, saya sih melihat kurang matang sehingga dukungannya bisa berpindah ke kompetitornya,” paparnya.
Fahrul menjelaskan dengan meminta komitmen untuk pilihannya tidak berubah, agar DPAC tetap mendukung dirinya (Lucy, red) hingga dibawa ke notaris itu rasanya secara politik sebenarnya juga tidak ada jaminan.
“Namanya pilihan politik itu kan hak warga negara, gak bisa kemudian dibatasi hanya untuk kepentingan posisi. Memang ada plus minusnya di situ saya melihat,” terangnya.
Seperti diketahui, menjelang kontestasi perebutan kursi Ketua DPC Demokrat Surabaya 2022-2027 mulai memanas. Berbagai polemik dan konflik mulai muncul kepermukaan.
Sementara pelaksanaan Musyawarah Cabang (Muscab) DPC Demokrat Surabaya 2022 bakal digelar serentak bersama DPC se-Jawa Timur lainnya.
Terhangat, Plt Ketua DPC Demokrat Surabaya Lucy Kurniasari berniat maju pada “gelanggang pertarungan” perebutan kursi pimpinan. Namun, langkahnya harus tersendat karena kader lainnya, Herlina Harsono Njoto juga berniat mencalonkan.
Yang membuat geger ialah, mengenai dukungan dari Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC) se-Surabaya. Kedua kubu mengaku mendapat dukungan mayoritas. Herlina menyebut sebanyak 21 DPAC telah memantapkan dukungan kepadanya. Sedangkan, begitu juga Lucy mengklaim mendapat “kekuatan” 29 DPAC.
“Jadi DPC Partai Demokrat telah mengantongi legalitas dari 29 DPAC yang masih solid memberikan dukungan kepada Lucy Kurniasari,” kata Sekretaris DPC Demokrat Surabaya, Junaedi, Sabtu (14/05/2022) lalu.
Hingga kubu Lucy pun membawa berkas kesepakatan dukungan yang sudah ditandatangani oleh DPAC itu ke notaris.
“Yang jelas surat dukungan secara tertulis dan legal telah mengikat kesepakatan dilakukan kedua belah pihak. Jadi tidak bisa tiba-tiba beralih pencalonan dilakukan secara sepihak,” ujar Junaedi.
Hanya saja, harapan Lucy tidak sesuai apa yang diinginkan. Kabar yang beredar ada 13 DPAC justru berbelok arah memberikan dukungannya kepada Herlina. Sehingga membuat perempuan yang menjabat di Anggota DPR RI ini bereaksi keras dengan melayangkan somasi ke 13 DPAC tersebut. Itu dibuktikan melalui kiriman surat somasi ke masing-masing 13 DPAC. (*JB11)