JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Pengurus cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) kota Surabaya mengajak warga untuk memanjatkan doa agar pandemi Corona Virus Disaese 2019 atau Covid-19 cepat berakhir. Selain mengajak warga kota Surabaya untuk bermunajat pada Allah SWT, PCNU juga merefleksi penerapan hari ke 10, pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya Dr H Ach Muhibbin Zuhri menilai selama 10 hari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya berjalan kurang efektif.
Tujuan PSBB tidak sesuai harapan untuk menekan penyebaran Covid-19 di Surabaya, diungkapkan Muhibbin Zuhri, dalam Refleksi 10 Hari PSBB di Kantor PCNU Surabaya, Kamis (07/05) petang.
BACA JUGA :
- Terus Bergerak Dari Rumah Ke Rumah, Tim Buleks Bantu Warga Dimasa Pendemi Covid-19
- Ketua DPRD Surabaya Ungkap Rekam Jejak Pengawasan Komisi-Komisi, Tidak Perlu Pansus Covid-19
Menurutnya, PSBB sudah diterapkan sejak hari Selasa (28/4) atau sudah berjalan 10 hari sampai saat ini, tapi jalanan masih ramai. “Ya, mungkin masyarakat tak betah di rumah sehingga mereka harus keluar rumah karena punya keperluan yang tak bisa diselesaikan hanya di rumah saja, ” paparnya.
Selain itu, kata Muhibbin, sangsi penindakan terhadap pelanggaran PSBB belum dilakukan secara tegas, sehingga masyarakat mengentengkan erkara tersebut. “Karena mereka berangpan keluar rumah tidak masalah, dan tidak ada sangsi apapun buat mereka,” tegas Muhibbin.
Diharapkan, Kedepan petugas yang ada dilapangan lebih tegas menindak masyarakat yang tak disiplin dan melanggar aturan PSBB.
“Ini bukan dalam rangka untuk meneror masyarakat, tapi untuk menertibkan masyarakat. Sehingga upaya pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 bisa cepat berhasil,” ungkap dia.
Sebab untuk menangani Covid-19 ini harus bareng-bareng, tak bisa dilakukan pemerintah sendiri. “Sekali lagi masyarakat harus disiplin dan mengikuti aturan pemerintah. Toh ini bukan untuk seterusnya, tapi semata-mata untuk mempercepat penanganan Covid-19. Jika toh PSBB harus diperpanjang 14 hari lagi, ya harus mengikuti agar wabah ini cepat selesai. Jika tidak akan muncul klaster-klaster baru sehingga tak selesai-selesai, “ungkap dia.
Ditanya masih adanya masjid atau Musala yang menggelar salat tarawih dan salat jumat? Muhibbin menuturkan sebenarnya sudah banyak masjid dan musala yang mengikuti seruan atau imbauan ulama, terMasuk NU, dan pemerintah dalam PSBB. “Kita bisa memaklumi. Kan ada orang masih berat, sesuatu yang sudah menjadi inhern dalam kebiasaan hidup sehari-hari, tiba-tiba harus dihentikan. Itu suatu syok dan ini harus ditangani secara persuasif, “tandas dia..
Berdasar data kemenag, dari 2.504 masjid dan musala di Surabaya,hingga saat ini masih ada 290 masjid atau Musala yang melaksanakan tarawih dan sekitar 96 masjid yang masih melaksanakan salat jumatan.
Muhibbin berharap Bhabinkamtibmas dan pihak kelurahan lebih aktif mendekati ini, disamping PCNU juga melakukan hal yang sama. Untuk penyadaran ini bukan hal yang mudah, tapi tetap harus kita lakukan bersama-sama.
“Tidak ada salahnya ibadah di rumah dalam kondisi seperti ini. Pada bulan Ramadan ini semua harus tetap gembira. Seorang mukmin akan sedih kalau melakukan maksiat. Makanya, dengan di rumah saja, justru mengajarkan kita betapa nikmatnya bisa menjadi imam bagi anak dan istri,” ujar Muhibbin.
Lanjut dia, yang terpenting bagaimana Pemkot Surabaya harus menginstruksikan kepada semua orang untuk bertobat dan bermunajad kepada Allah SWT agar bencana wabah ini segera berakhir secepatnya. Kemenangan rakyat Surabaya dalam perang 10 November itu berkat kekuatan doa dan ikhtiar. (JB01)