
JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Upaya pemerintah kota (Pemkot) Surabaya dalam menangani penyebaran covid-19 dinilai amburadul oleh sejumlah dewan. Pasalnya, langkah yang dilakukan itu terkesan menunjukkan rasa kepanikan dan kekhawatiran yang berlebih, sehingga apa yang telah dilakukan Pemkot kurang tepat sasaran dan sering kali tidak seiring dengan kebijkan pusat.
Ketua DKC Garda Bangsa PKB, Mahfudz menilai upaya yang diambil oleh Pemkot Surabaya itu cenderung berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi yang baik.
“Ini adalah urusan jiwa manusia, namun Pemkot cenderung mengambil langkah sendiri guna mengatasi pandemi covid-19 ini. Sehingga saya menilai kebijakan yang diambil oleh Pemkot bagai sebuah eksperimen terhadap wabah ini,” papar Mahfudz, Senin (06/04) diruangannya.
Dikatakan Mahfudz, bagaimana tidak, setiap langkah penanggulangannya selalu tidak selaras dengan kebijakan pusat. “Ya itu sering kali salah langkah, dan terkesan bahwa Pemkot Surabaya ingin menunjukkan bahwa tanpa bantuan siapapun mereka bisa menangani persoalan ini,” urainya.
Ia menambahkan, salah satu fakta dengan kebijakan untuk membuat bilik steril, bahkan Pemkot berencana untuk membuat bilik steril dalam skala besar. Pada akhirnya bilik steril yang dibuatnya itu dirasa kurang manfaatnya dan berpotensi menimbulkan permasalahan baru terhadap penggunanya.
“Dari awal saya dengan keras menentang penggunaan bilik steril, terbukti bahwa pusat serta dari badan kesehatan internasinal (WHO) juga tidak memperbolehkan penggunaan bilik steril,” ungkap Ketua DKC Garda Bangsa PKB kota Surabaya ini.
Untuk itu, dirinya meminta agar koordinasi yang baik tetap dilakukan guna mencegah penyebaran virus corona yang semakin meluas di Surabaya. “Ini menunjukkan kekhawatiran dan kebingungan berlebih, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga tidak terkoordinir dengan baik, sehingga menimbulkan kerasahan di masyarakat bawah,” tukasnya
Kalau langkah Pemkot itu tepat sasaran, lanjut Mahfudz, setidaknya jumlah pasien terinfeksi berkurang atau paling tidak staknan penyebarannya. “Faktanya jumlah pasien terkomform (positif, red) malah bertambah,” bebernya.
Ini artinya apa, lanjut dia, Surabaya salah langkah dalam pemetaan penyebaran virus corona. Data yang disajikan oleh Pemrov Jatim per Minggu (05/04) tercatat Surabaya masih menempati urutan tertinggi dengan 84 kasus dan Seninnya bertambah 3 kasus poisitif corona. Total kasus positif (terkomform, red) menjadi 87 kasus positif corona.
“Ayo kita duduk bersama antara eksekutif dan legislatif. Ini urusan kemanusian, ayo bersama-sama rumuskan langkah yang tepat, cepat dan terukur. Bukannya mengambil langkah yang kemudian menimbulkan perdebatan publik seperti sekarang,” tandas dia.
Kritikan publik harusnya menjadi penyempurna dari setiap progran dan kebijakan yang dijalankan, kesampingkan segala egosentris, imbuhnya.
“Ayo bersama-sama jaga Surabaya dari penyebaran wabah covid-19. Sehingga Surabaya cepat bangkit dari virus mematikan ini,” tegas Mahfudz. (JB01)