JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Kebijakan dikeluarkan pihak Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Batuan, Jl. Raya Lenteng – Batuan, Sumenep, Madura, Jawa Timur diprotes orang tua siswa karena dinilai kurang etis.
Pasalnya, dua siswa di SMAN tersebut bernama Maulina Nabila dan Aklus Fefti T, yang masih duduk di kelas XI MIPA 2 mengalami kesurupan membrutal bahkan terlontar hal mengejutkan kepada salah seorang guru sehingga dikeluarkan atau dikembalikan pihak sekolah dengan keputusan itu dianggap tidak masuk tepat.
Hal itu tertuang dalam Surat Nomor: 421.3/177/101.6.31.5/2020 bahwa, Dengan pertimbangan orang tua dari siswa yang bersangkutan datang ke sekolah dan mengancam salah seorang guru di SMA Negeri 1 Batuan serta menuduh guru tersebut menggunakan sihir.
BACA JUGA :
- Sinergisitas Dua Polsek Kepalauan Di Sumenep Brantas Penyalagunaan Narkoba
- Momentum Hari Pahlawan, Ketua DPRD Ajak Bergotong-royong Pulihkan Ekonomi
Maka dengan sangat terpaksa kami mengambil tindakan tegas dengan sangsi pengembalian siswa kepada orang tua wali. Siswa tersebut terhitung mulai tanggal surat ini dibuat dan selanjutnya yang bersangkutan sudah bukan siswa SMA Negeri 1 Batuan.
Menyikapi kebijakan tersebut, Yuyud Krisdiyanto, orang tua dari Maulina Nabila, dengan induk: 1689/0036759811, alamat Dusun Paddusan, RT/RW 001/002, Desa Bangkal, dikeluarkan atau dikembalikan secara tidak wajar oleh sekolah.
Karena saat keserupan membrontak kepada salah seorang guru bernama Fauzil Amin, SE.
“Sangat tidak masuk diakal, lantaran anak saya kesurupan dan brontak kepada guru bernama Fauzil, yang diduga mempunyai ilmu santet/sihir, lantas dikeluarkan begitu saja,” sesalnya, Kamis (12/11).
Keputusan itu, memurutnya, sangat tidak masuk akal, alasan sekolah terkait buah hatinya ketika kesurupan brontak terhadap salah seorang guru yang diduga memiliki ilmu sihir tersebut hingga dikembalikan atau dikeluarkan dari sekolah.
Ia merasa tidak puas atas kebijakan atau prosedur yang diberikan sekolah karena sikap anaknya kepada guru tersebut.
Diketahui Dr. Solehoddin, Kepala sekolah yang harusnya memberikan kebijakan logis saat itu, bahkan para guru dan semua siswa pun takut akan keberadaannya di sekolah.
“Saat itu, saya dibertahu oleh seseorang bahwa diketahui anaknya sedang kesurupan dan membenci seakan-akan tidak menyukai keberadaan guru tersebut yang diduga memiliki ilmu sihir,” katanya.
Kendati demikian, saat ini kedua siswa tersebut harus menanggung penderitaan diduga kesalahan orang tuanya karena dianggap telah mencemarkan nama baik pihak lembaga sekolah.
“Terus terang mas, kami tidak terima anak kami dikembalikan atau dikeluarkan dari sekolah. Karena kesalahan itu bukan dari anak kami, melainkan hanya tuduhan fitnah yang beredar dimasyarakat,” ujarnya.
Seharusnya, ungkap dia, pihak sekolah tidak boleh melimpahkan kesalahan orang tua kepada anak didiknya. Apalagi tuduhan tersebut belum teruji di pengadilan.
“Liat aja nanti, kepala sekolah (Salehoddin, red.) akan saya laporkan ke pihak penegak hukum, karena telah menuduh kami dengan sebutan tidak pantas, dan mencemarkan nama baik kami sebagai orang tua siswa,” tegasnya.
Lebih lanjut dia mengaku, bahwa pihaknya akan terus berjuan dengan berbagai upaya untuk mengembalikan buah hatinya agar tetap dapat bersekolah di SMA Negeri 1 Batuan tersebut.
“Kami sebagai orang tua akan terus berjuang untuk anak kami tercinta agar tetap bersekolah di tempat mereka semula,” lantangnya kepada pewarta seraya tidak sabar untuk mengungkap siapa sebenarnya Fauzil Amin itu.
Sementara, hingga berita ini dinaikkan, Dr. Salehoddin, sebagai Kepala Sekolah saat dikonfirmasi lewat telpon selulernya tidak diangkat meski jelas nada panggil masuk. Begitu pun melalui saat dikonfirmasi lewat akun WhatsAppnya. (F4N/JB01)