JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Menjelang masa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya masih banyak ditemukan warga berpenghasilan rendah yang tidak terdata oleh pemerintah kota (Pemkot) Surabaya. Dikhawatirkan pada saat PSBB diberlakukan, banyak warga kurang mampu yang tidak mendapat bantuan sosial yang disalurkan oleh Pemkot.
Untuk mengantisipasi kondisi yang ada tersebut, Wakil Ketua DPRD kota Surabaya rela tidak menerima semua gaji & tunjangannya sebagai unsur pimpinan dewan. Diketahui dari sumber terpercaya, bahwa semua gaji & tunjangan yang menjadi haknya itu ternyata disalurkan untuk membantu warga kurang mampu yang tidak terdata sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Surabaya, Reni Astuti ternyata sibuk denga kegiatannya dengan membagikan bantuan sembako kepada masyarakat kurang mampu. Ditemui dikawasan jalan Ngagel Rejo Surabaya, Reni Astuti didamping beberapa kader Karang Taruna tengah sibuk membagikan sembako kepada masyarakat yang statusnya tidak terdaftar sebagai MBR.
“Ini upaya yang saya lakukan, dikhawatirkan saat PSBB sudah diberlakukan justru warga yang seperti ini tidak tersentuh bantuan pemerintah,” kata Reni disela-sela membagikan sembako pada warga, Rabu (21/04).
Dengan mengusung tag line ‘tetap tersenyum melawan corona‘ perempuan yang saat ini juga menjadi calon Walikota Surabaya ini berkeinginan agar masyarakat yang menerima bantuan dapat mampu bertahan di tengah masa pandemi dan pemberlakuan PSBB nanti.
“Jadi bagaimana kita bisa menjaga ketidak panikan dengan tersenyum, karena dengan tersenyum ini akan menghasilkan hormon yang dapat menyehatkan dan memperbaiki sistem imun tubuh,” jelasnya sembari memberikan sosialisasi bahaya wabah virus Corona pada warga.
Reni mengaku hampir setiap hari ditengah kesibukannya sebagai unsur pimpinan DPRD Surabaya berkeliling menumui warga sambil membagikan paket sembako sekaligus sosialisasi bahaya Covid-19 ini.
“Sasarannya adalah masyarakat berpenghasilan rendah ke rumah-rumah warga semenjak adanya pandemi covid 19 terutama di wilayah-wilayah terdampak yang memiliki jumlah kasus positif covid 19 tinggi,” ucap dia.
Bahkan setiap harinya, perempuan berhijab ini terus berkeliling di berbagai wilayah Surabaya dengan menggandeng RT, RW, dan karang taruna setempat agar bantuan dapat tepat sasaran kepada MBR walaupun sebelumnya dia tidak pernah kenal dengan warga tersebut, akuhnya.
“Saya kan dapil 4, nah disitu ada lima kecamatan yang hampir semuanya sudah dibagi,” ungkap Reni.
Reni pun rela menyerahkan semua gaji dan tunjangannya disalurkan dalam bentuk sembako yang diberikan pada warga yang tidak terdaftar sebagai MBR selama masa Pandemi Covid-19 ini.
Ia juga menghimbau kepada masyarakat yang memiliki kecukupan ekonomi untuk turut serta memberikan bantuan kepada MBR agar dapat bertahan di tengah masa pandemi sebagai bencana global saat ini.
“Mungkin bantuan dari kami tidak bisa menuntaskan semua warga yang membutuhkan, oleh karena itu sambil menunggu bantuan dari pemerintah kota, apa yang bisa kita lakukan semaksimal mungkin ya kita berikan,” kata Reni.
Ditempat yang lain, Reni Astuti juga menyempatkan diri untuk melihat kondisi real ada 4 orang anak dibawah umur yang tinggal bersama bapaknya di wilayah Karang Rejo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.
Reni sempat menanyakan, tentang kondisi keluarga pak Herman yang tinggal bersama keempat anaknya. Pak Herman profesinya hanya sebagai sopir taksi, saat Pandemi Covid-19 sudah gak kerja lagi karena kondisi yang sepi penumpang.
Pengakuan Anita salah seorang warga yang selama ini membantu keluarga pak Herman ini menyampaikan, keempat orang anak pak Herman itu memang tidak ada yang ngurus. Karena posisi pak Herman dan keempat anaknya ditelantarkan istrinya yang minggat ke Jakarta.
“Ya kadang untuk makan saja keempat anaknya saya yang bantu. Karena kondisi pak Herman hanya sebagai sopir taksi. Saat masa pandemi seperti ini sudah tidak lagi bekerja,” papar Anita.
Reni berpesan agar nanti saat anak-anak pak Herman mau sekolah untuk bisa di daftar masuk sekolah serta didaftar ke Pemkot Surabaya untuk permakanannya.
“Biar anak-anak pak Herman nanti tidak terlantar lagi,” tegas Reni. (JB01)