JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Munculnya berbagai nama bakal calon Walikota dan wakil Walikota Surabaya terus menjadi trending topik pembicaraan dikalangan akar rumput masyarakat Surabaya. Seperti nama Whisnu Sakti Buana, Wakil Walikota Surabaya saat ini. Ada juga Toni-Jeje politisi partai Golkar dan PAN yang balihonya muncul dimana-mana, ada lagi Herlina Harsono Njoto (politisi Demokrat), dari kalangan Birokrat Eri Cahyadi, mantan Ketua DPRD Surabaya, Armuji yang Baliho terpasang dibeberapa titik sudut kota, Anugrah Ariyadi (PDIP) Dyah Katarina (istri Bambang DH), dan sejumlah bakal calon yang terus bermunculan.
Hal yang mereka lakukan sekedar memperkenalkan diri pada masyarakat Surabaya sebagai upaya cek sound.
Pengamat Politik Universitas Bhayangkara (UBHARA), Fitria Widyani Rosinda yang kerab kali dipanggil Tya itu berpendapat, demokrasi di Surabaya mulai memiliki warna dengan munculnya berbagai nama calon kandidat walikota dan wakil walikota.
Ini artinya kata Tya, mereka masih dalam tahap pengenalan diri pada publik, tentang siapa diri mereka. Namun, yang terpenting setelah proses pengenalan itu, maka perlu juga pengenalan program-program yang akan dipersiapkan untuk masyarakat kota Surabaya paska masa purna tugas Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
“Tidak hanya sekedar memperkenalkan diri, tapi mereka harus mempersiapkan program-program kerja yang mampu menarik simpati masyarakat Surabaya,” urai dia.
Perempuan yang saat ini menempuh program S3 ini menjelaskan, sosok dan figur bu Risma yang sudah melekat dikalangan warga Surabaya, perlu dipresentasikan bagi bakal calon Walikota sebagai penggantinya nanti.
“Pemilih Surabaya ini sudah bisa melihat secara cerdas figur siapa yang mampu melanjutkan program berkesambungan dari pemimpin sebelumnya. Inilah figur yang bakal mendapat hati di masyarakat Surabaya, utamanya kaum emak-emak dan kaula muda,” papar Tya.
Calon pemimpin Surabaya tidak cukup sekedar populer, lanjut Tya, akan tetapi, bagaima mereka mampu memberikan warna yang kreatif dan inovatif dalam membangun kota ini. Paling tidak bisa mempertahankan bahkan melebihi pencapaian pembangunan di Surabaya saat ini.
“Populer tidak cukup merebut hati warga kota Surabaya, tapi program kerja yang inovatif dan kreatif sebagai wujud nyata dari keinginan masyarakat Surabaya saat ini. Ya tidak hanya sekedar berteatrika saja tapi kerja nyata membangun Surabaya,” ujar dia.
Terkait penjaringan yang dilakukan PDIP Surabaya, Tya menegaskan, bahwa partai ini lebih menghargai bakal calon dari kadernya sendiri, walaupun nanti bisa saja menampilkan figur yang mampu menarik perhatian masyarakat Surabaya untuk dipasangkan dengan kader PDIP.
“PDIP lebih menghargai kader terbaiknya untuk diberikan ruang menjadi bakal calon Walikota dan bakal calon wakil Walikota Surabaya. Namun PDIP masih melihat figur yang memiliki daya tarik yang kuat untuk diusungnya,” tukasnya.
Munculnya beberapa nama bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Surabaya di Pilkada Surabaya 2020 mendatang adalah bukti nyata bahwa Surabaya masih menjadi daya pikat dalam warna demokrasi di Indonesia, tutup Tya. (JB01)