JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Akibat pengerjaaan perbaikan pipa bocor milik PDAM Surya Sembada berdiameter 1000 mm yang disebabkan oleh paku bumi, imbas dari pengerjaan proyek pelebaran masjid Assalam di Purimas Gunung Anyar, telah selesai pada Minggu dini hari (8/3) sekitar pukul 03.00 WIB.. Pengerjaan tersebut mulai dikerjakan sejak Kamis (5/3) namun molor hingga Minggu, meski sudah mengalir secara normal namun dampaknya dirasakan oleh masyarakat hingga di kawasan Surabaya Utara seperti di Semampir.
Hal ini yang membuat Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Laila Mufidah geram dan turun langsung meninjau lokasi pipa di Masjid Assalam Purimas, Gunung Anyar, Kecamatan Rungkut Surabaya, Senin (9/3). Laila meninjau langsung galian pipa yang dalamnya mencapai 4 meter tersebut.
Menurutnya, pipa bocor PDAM tidak hanya sekali saja terjadi, belum genap 6 bulan pipa PDAM yang ada di Jalan Yos Sudarso juga bocor karena imbas dari pengerjaan proyek alun-alun Surabaya.
“Saya juga heran kenapa pengembang atau kontraktor sampai tidak tahu kalau ada jaringan utilitas (PDAM), yang jelas ini kurang adanya koordinasi antara Pemkot Surabaya dan juga pihak kontraktor,”kata Laila.
Lanjut dia, fakta kelalaian ini yang merugikan warga masyarakat Surabaya, karena kurang adanya koordinasi untuk pengerjaan proyek-proyek yang dibawahnya ada jaringan utilitas.
“Pihak pemkot dan PDAM juga harusnya memberikan pemahaman terhadap para pengembang saat akan mengerjakan proyek yang didalamnya ada jaringan utilitas,”terangnya.
Laila menegaskan seringnya kejadian pipa bocor sebaiknya ada regulasi untuk pihak pengembang dan Pemkot Surabaya untuk tidak sembarang dan membiarkan proyek apapun yang merugikan warga kota Surabaya.
“Ini menjadi evaluasi baik Pemkot, PDAM Surya Sembada untuk kedepannya harus ada pembenahan tentang sebuah regulasi maupun sistem yang jelas dan mengikat karena ini berhubungan dengan pelayanan masyarakat,”ungkap Laila.
Lanjut dia, bahwa kerugian yang diderita masyarakat selama dua hingga tiga hari ini sangat besar baik secara materiil maupun non materiil seperti masyarakat yang biasaya menggunakan air PDAM kemudian harus beralih ke air galon, secara materiil masyarakat terbebani dengan membeli galon untuk kebutuhan memasak, mandi, hingga cuci baju.
“Jangan sampai kejadian yang terulang ini merugikan masyarakat kembali, ini ibarat membangunkan masyarakat untuk menuntut kepada PDAM ataupun Pemkot Surabaya,”paparnya.
Kemudian Laila melanjutkan ke kawasan Surabaya Utara tepatnya di SD Al-Ikhlas, Semampir yang mana di sekolah tersebut sama sekali belum mendapatkan pasokan air bersih dari PDAM Surya Sembada sejak Jumat yang lalu.
Meski pihak sekolah sudah berkirim pesan ke PDAM melalui Whatsapps di nomer 0811-3330-6666 atau 0822-4474-4408. PDAM, namun hingga saat ini pasokan air tak kunjung datang ke sekolah tersebut, ungkap Politisi PKB ini.
“Seharusnya daam kondisi darurat apapun, laporan dari warga itu harus tetep terlayani. Saya masih ingat kalau dulu itu, saya lapor ada warga yang terdampak ke PDAM langsung di respon dan pasokan air bersih PDAM langsung datang ke Masjid dan Sekolahan Taquma di Jemur Ngawinan,”ungkapnya.
Saat dirinya meninjau langsung kekamar mandi siswa SD Al-Ikhlas. Saat akan masuk ke kamar mandi bau pesing tercium menyengat. Terlihat kamar mandi sangat kotor dan bau karena saat digunakan oleh para siswa air sangat terbatas sehingga yang menggunakan 100 siswa.
“Ini salah satu contoh dampak dari mampetnya air PDAM, bayangkan Sekolahkan aktivitas belajar tidak terlayani dengan baik, sudah melapor namun tidak diindahkan oleh PDAM,”jelasnya.
Selain itu Sekretaris Yayasan SD Al-Ikhlas, Banu Atmoko mengatakan bahwa sejak Jumat (06/03) pihaknya sudah melaporkan permintaan air bersih ke PDAM namun saat ini meski air sudah keluar air tangki PDAM tak kunjung diantarkan ke Sekolah. Air yang biasa digunakan berwudhu oleh para siswa saat akan menjalankan ibadah sholat sampai harus menimba di sumur mushola sebelah sekolah.
“Biasanya siswa kalau pagi kan sholat dhuha, ya akhirnya terhambat. Kami memutuskan untuk ngangsu (mengambil air) dengan menggunakan timba ke sumur mushola sebelah,”katanya.
Atas mampetnya air tersebut, dirinya juga merasakan dampak materiil seperti membeli galon untuk keperluan minum para guru dan juga kebutuhan lainnya. “Untuk minum biasanya pakai air PDAM digodok, tapi kali ini harus beli galon sehari minimal 3 galon,”ungkapnya.
Sementara itu Direktur Utama PDAM Surya Sembada Surabaya, Mujiaman mengatakan saat ini pelanggan yang sudah mendapatkan air sekitar 90 persen, sisanya 10 persen air masih keruh hingga airnya masih sedikit keluarnya.
“Untuk itu kami tidak bisa mengatasinya sendiri kalau tanpa informasi dari masyarakat,”katanya.
Menanggapi keluhan pelanggan yang terdampak tidak seluruhnya mendapatkan air bersih, Mujiaman mengungkapkan PDAM dan Pemkot Surabaya sudah berusaha semaksimal mungkin. 17 tangki air milik PDAM dan 20 tangki air milik DKRTH (Pemkot Surabaya) sudah diturunkan untuk membantu warga yang terdampat.
“Terpenting bagi kami menyelesaikan masalah dan masyarakat mendapatkan air,”pungkasnya. (JB01)