JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Kematian satwa di Kebun Binatang (Lembaga Konservasi) merupakan sesuatu hal yang wajar, karena segala kehidupan itu adalah hak Yang Maha Kuasa.
Demikian dikatakan pemerhati satwa liar yang juga sebagai koordinator Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI), Singky Soewadji pada media ibu, Minggu (25/08/2024) di Surabaya.
Menurut Singky, alasan yang dikemukakan oleh pihak pengelola Lembaga Konservasi yang ada, dimana penyabab kematian tersebut karena sudah tua, patut dipertanyakan dan dievaluasi.
Namun demikian, Singky manambahkan, apa bila kematian disebabkan oleh: Pertama, karena penyakit tidak tertolong karena persediaan obat dan tenaga medis yang tidak memadai.
Kedua, karena sarana prasarana kandang yang kurang memadai, mengakibatkan dia terus sakit terus, akhirnya sakit menular.
Ketiga, Sumber Daya Manusia (SDM) kurang atau tidak memadai (berkualitas).
Oleh karenanya, dia menilai bahwa kematian satwa di Kebun Binatang (Lembaga Konservasi) perlu dievaluasi dengan serius.
“Kematian satu individu Harimau Sumatera, apa lagi kematian hingga tiga Individu Harimau di Medan Zoo dalam kurun waktu berdekatan, atau kematian satu individu Gajah, apa lagi hingga kematian dua individu Gajah secara beruntun di Solo Safari, jauh lebih berharga dari pada kematian 50 individu Rusa ditambah kematian 50 individu Monyet atau Kera (Makaka),” paparnya.
Medan Zoo milik Pemerintah Daerah Kota Medan, Walikotanya Bobby Nasution Menantu Presiden Jokowi, sambung Dia.
Singky juga menyebutkan, Solo Safari milik Pemerintah Daerah Kota Surakarta (Solo), Walikotanya Gibran Rakabumi Raka (putra sulung Presiden Jokowi).
“Apakah karena ini mengakibatkan Kementerian Lungkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) diam dan tidak berani bersikap?,” tukas dia
**Singky Soewadji
Pengamat Satwa Liar
Koordinator Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI).