JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Maraknya aksi tawuran yang melibatkan pelajar di Surabaya membuat prihatin semua kalangan. Kabar terbaru, aksi tawuran melibatkan puluhan pemuda terjadi di Jalan Ngaglik, Simokerto, pada Selasa menjelang subuh, Selasa (12/4/2022).
Sejumlah pelaku diduga membawa senjata tajam. Insiden ini menambah daftar panjang, kasus tawuran yang sebelumnya terjadi di kawasan jalan Tambak Asri, pada pekan lalu. Yang menimbulkan seorang korban luka bacok.
Menanggapi kejadian ini, anggota komisi D DPRD Surabaya, Herlina Harsono Nyoto prihatin dan khawatir meningkatnya aksi tawuran antar pemuda ini.
Menurutnya, jangan sampai Surabaya yang selama ini bebas dari kenakalan remaja dimalam hari, sekarang justru menjadi marak.
“Opini yang berkembang Surabaya saat ini darurat gangster. Hal ini patut diwaspadai, jangan sampai bermunculan, kemudian mendorong anak-anak muda yang lain untuk berbuat serupa,” kata Herlina yang kerap disapa Cece ini, Selasa (12/04/2022) di gedung DPRD kota Surabaya.
Politisi Partai Demokrat ini menambahkan, tawuran antar pelajar saat menjelang sahur, merupakan cermin buruknya sosialiasi antar masyarakat. Akibat pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun.
“Dan saya melihat bahwa fenomena itu marak, dan ini menujukkan masyarakat Surabaya membutuhkan adaptasi kembali, akan pola-pola bersosialisasi antar masyarakat,” ungkap Herlina.
Herlina menambahkan, ketika aktifitas Ramadan kembali normal, maka budaya guyub rukun khas Surabaya itu harus di kembalikan. “Misalnya dikondisikan dengan cara poskamling atau ronda,” jelasnya.
Kemudian perlu dilakukan sosialisasi ditingkat RT maupun RW “Kenakalan ini merupakan lampu kuning menuju merah. Aspek psiko sosial terhadap mereka ini perlu diasah, dan ini juga bisa dilakukan ditingkat sekolah,” kata Herlina.
Sementara itu aparat pemerintah seperti Linmas, Satpol PP, kepolisian dan TNu turut memperkuat dengan melakukan razia di kawasan yang potensial terjadi tawuran.
“Misalnya dikawasan yang sepi atau malah ramai. Kalau sepi memang ada niat tawuran, kalau ramai ketika terjadi interaksi kadang-kadang tidak terkontrol,” terang Herlina.
Herlina menegaskan, pada kondisi seperti ini butuh gotong royong dari masyarakat dan aparat untuk menanggulangi ini. (*JB01)