JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Selain adanya kekhawatiran orang tua siswa, pemerintah kota (Pemkot) Surabaya juga lebih bersikap hati-hati dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) karena belum selesainya vaksinasi bagi anak berusia di bawah 12 tahun.
Disinggung apakah hal itu berpengaruh terhadap index prestasi siswa, Ketua F – PKS Cahyo Siswo Utomo menjelaskan bahwa index prestasi saat ini sudah menerapkan sistem online, ofline, hybrid karena kedepan pengajaran lebih mengarah ke sistem tersebut.
“Artinya ada yang datang ke sekolah ada yang tetap di rumah. Itu karena emang ada ke khawatir dari orang tua.” tutur nya, Selasa (7/12/2021).
Cahyo melihat, belum dilaksanakannya PTM oleh pemerintahan kota Surabaya karena lebih bersikap hati-hati, untuk mengantisipasi kluster sekolah. Dalam hal ini, ia menyontohkan pada kasus yang terjadi di Jateng, dimana sekolahnya los tidak ada prokes, kelasnya penuh 100% masuk.
Kemudian, satu siswa kena sehingga satu sekolah kena semua. “Saya melihat bukan diskriminasi tapi kehati hatian, kita enggak ingin kemudian ada kluster covid itu dari sekolah karena kalau kluster sekolah yang terpukul dari dunia pendidikan.” terangnya.
Sehingga ia memuji langkah Dinas Pendidikan Surabaya yang sangat hati-hati untuk melaksanakan PTM. Sebab semua usaha telah dikerjakan mereka termasuk upaya tervaksinnya pelajar.
“Jadi baru boleh masuk itu ketika sudah semuanya selesai vaksin. Tapi sebelum umur 12 ke bawah belum vaksin memang saya melihat Pemkot dalam hal ini Dispendik sangat hati hati dalam melaksanakan PTM.” tutur dia.
Lantas Cahyo memaparkan pengalamannya saat live school di Unesa, disana ia bertemu dengan anak kelas V SD, anak tersebut tambah Cahyo minta pembelajaran tatap muka (PTM)
Dan dia berharap semester depan ini sudah bisa di mulai PTM, berbarengan juga dengan sudah dimulainya vaksin usia 12 kebawah. (ROY/JB01)