JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada tahun 2017 ingin menjadikan ekowisata Mangrove jadi icon. Seiring dengan rencana Pemkot tersebut mulai dibangunlah sarana dan prasarana termasuk salah satunya membangun jembatan bambu dikawasan ekowisata magrove itu.
Jembatan yang dibangun dengan konsep jembatan dibangun di atas bozem. Namun, karena terjadi refocusing anggaran, pembangunannya jadi tidak sampai selesai, yang sekarang menjadi sorotan sejumlah legislatif. Salah satunya sorotan itu dari Budi Leksono.
Budi Leksono menyayangkan rusaknya dan tidak lagi berfungsinya jembatan bambu Ekowisata Mangrove itu. “Jembatan ini sebetulnya memiliki nilai keunikan dan eksotisme, karena berhias bambu ini pernah menjadi tempat yang instagramable dan sering jadi kunjungan para wisatawan,” terang Buleks sapaan Sekretaris Komisi A DPRD Surabaya ini.
Sekarang lanjut dia, riwayatmu kini tinggal puing-puing kenangan, semoga pembangunan kedepan bisa terplaning lebih baik untuk menjadi icon wisata bahkan sebagai icon pantai dunia, imbuhnya.
Jembatan bambu yang menghabisakan anggaran pembangunannya mencaai 1,2 miliar rupiah itu harus dipertanggungjawabkan pada publik, sambung Buleks.

“Penggunaan anggaran harus bisa dipertanggungjawabkan. Ketika ada bangunan yang mangkrak, perlu ditinjau kembali titik masalahnya ada pada ketersediaan anggaran atau faktor lain,” tegasnya.
Untuk diketahui, Jembatan Mangrove dibangun mulai tahun anggaran 2018 dengan panjang sekitar 600 meter dan tinggi sekitar 12 meter. Akan tetapi, pada pertengahan 2019 pembangunannya tidak dilanjutkan dan dibiarkan mangkrak selama dua tahun. (*JB01)