
JURNALBERITA.ID – JAKARTA, Wacana Walikota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) ditawari menjadi Menteri Sosial (Mensos) menggantikan Julian Batubara yang tersandung kasus korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 santer dibicarakan.
Belum jelas tawaran tersebut langsung dari Jokowi atau dari sumber lain. Kabarnya, tawaran itu sudah sampai ke Risma.
Kabar tersebut ditanggapi, Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga kepada para awak media, Selasa (15/12) yang lalu di Jakarta.
Menurut dia, Risma oleh sebagian orang memang dinilai sukses membangun Surabaya. Kota Surabaya dinilai berubah selama kepemimpinan Risma.
“Namun, kalau dilihat perkembangan Surabaya, sebenarnya tidak ada hasil pembangunan yang monumental. Pembangunan di Surabaya tak jauh berbeda dengan kota besar lainnya di Indonesia,” ungkap Jamiluddin.
Jamiluddin memaparkan, jalan di Kota Surabaya juga tidak banyak yang mulus utamanya diwilayah pinggiran kota.
“Kebanyakan tambalan demi tambalan yang membuat kita tidak nyaman di atas kendaraan,” ujar Dosen Metodologi Penelitian Komunikasi Universitas Esa Unggul, Jakarta ini.
Jamiluddin menerangkan, jalan yang asri juga hanya ditemui di jalan-jalan protokol. Di luar jalan protokol, masyarakat tidak lagi menemui keasriannya. Bahkan belum tersentuh tangan Pemkot Surabaya.
“Macet juga masih menjadi bagian dari Kota Surabaya. Pada pagi dan sore masih umum ditemui kemacetan,” urainya.
Jamiluddin menilai, Surabaya juga belum terbebas banjir. Kalau hujan deras, akan ditemui genangan air di berbagai titik.
“Kali yang bersih juga terbatas. Kalau kita menelusuri Kota Surabaya masih banyak ditemui kali yang kotor,” tukas Penulis Buku Perang Bush Memburu Osama ini.
Jamiluddin berpendapat, menggratiskan biaya sekolah juga bukan hal istimewa. Sebab, daerah lain juga banyak yang sudah menggratiskan uang sekolah.
Jadi, menurut Jamiluddin, prestasi Risma sebetulnya tidak istimewa. Prestasinya pun masih skala lokal, belum nasional.
“Karena itu, Risma tampaknya belum layak menjadi menteri sosial,” tegas mantan Dekan Fikom IISIP, Jakarta ini.
Jamiluddin menegaskan, akan lebih layak bila yang menjadi Mensos adalah Ahmad Basarah.
“Selain saat ini menjadi Wakil Ketua MPR, kemampuannya secara nasional juga sudah teruji. Sebab, ia juga sudah menjadi anggota DPR beberapa periode,” ucapnya.
Selama menjadi Wakil Ketua MPR RI, Jamiluddin mengungkapkan, tidak ada sorotan negatif kepadanya. Tidak ada pula hal-hal kontroversial terkait sosok Ahmad Basarah.
Kompetensi Ahmad Basarah, tambah Jamiluddin, juga tak perlu diragukan, lantaran dirinya juga dikenal bersih dan integritasnya tak perlu diragukan.
“Ahmad Basarah juga bukan pemimpin hasil pencitraan. Ia memiliki leadership yang real, sehingga layak memimpin Kemensos,” pungkas mantan Evaluator Harian Umum Suara Pembaruan ini. (DAN/JB01)