
JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Politisi partai Golkar, adik kandung anggota DPR RI Komisi III, Adies Kadir, dr. Akmarawita Kadir, M. Kes, AIFO menyayangkan keluhan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang direalse dibeberapa media massa, terkait keluhan Risma soal pasien dari luar daerah yang berobat di Surabaya terkait Covid-19. Akibat Pandemi Covid-19 secara global ini juga dirasakan dampaknya di Kota Surabaya yang menyebabkan ruang perawatan overload.
Banyak rumah sakit yang Overload karena lonjakan jumlah pasien Covid-19, sehingga kamar isolasi dan kamar perawatan medis menjadi terbatas. Hal ini lantaran beberapa RS di Surabaya sebagai rumah sakit rujukan Covid-19, yang memiliki fasilitas lebih lengkap dibanding dengan RS di daerah, tegas dr Akma, Selasa malam (12/05) melalui sambungan telepon selulernya.
Sementara, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang menunjuk 15 RS Rujukan penanganan Covid-19 di Surabaya. “Apabila ada pasien dari daerah yang dirujuk ke Surabaya, ya tetap harus di terima. Secara etika medis dan kedokteran tidak boleh ditolak, tidak terkecuali pasien covid-19. Karena, semua jenis penyakit yang di rujuk di RS itu harus di layani dengan baik, tidak boleh ada penolakan,” terang dr Akma.
BACA JUGA :
- Budi Leksono Prakarsai Rapid Test Covid-19, 27 Warga Dupak Masigit Dinyatakan Reaktif Covid-19
- Hotline Aduan Untuk Masyarakat Terdampak Covid-19, Inisiasi Mandiri Legislatif Bentuk ‘LAPOR DEWAN’
- PSBB Diperpanjang, DPRD Surabaya Soroti Roadmap Penanganan Covid-19 Yang Tidak Jelas
- Suami Pasien Ismojo Rini Tuding Humas RKZ Buat Pernyataan Bohong Di Media
Bahkan lanjut dr Akma, pasien-pasien yang ada di daerah, dimana fasilitasnya terbatas ditarik ke Surabaya, dikarenakan fasilitas RS yang ada di Surabaya lebih baik dibanding RS di daerah.
“Dalam sumpah dokter, kita tidak dibenarkan untuk menolak pasien yang sakit. Dan selalu mengutamakan kesehatan pasien, serta tidak membeda-bedakan jenis penyakit si pasien. Hal itu, tegas tertulis dalam sumpah profesi dokter,” tegas doketr yang juga politisi partai Golkar ini.
Sejak awal Maret dirinya sudah mengingatkan Pemkot untuk mempersiapkan RS darurat kusus Covid-19. Perhitungannya dengan melihat jumlah kasus Covid-19 di kota-kata besar lain angkanya terus meningkat. “Sekarang ya agak terlambat, tetapi tetap harus di lakukan, daripada tidak sama sekali,” himbau dr Akma.
Pria yang juga berprofesi sebagai dosen kedokteran ini juga mendorong agar Pemkot Surabaya berinovatif dalam kondisi seperti sekarang. Baik itu menyiapkan RS rujukan menjadi RS khusus Covid-19, atau juga bisa membuat RS khusus Non Covid-19 di Surabaya.
“Bisa juga, tempat-tempat lain seperti hotel atau saran pemerintah yang tidak terpakai bisa dijadikan RS Khusus darurat Covid-19,” urainya.
Atau bahkan lanjut dia, bisa menambah ruang-ruang di RS rujukan, menjadi ruang perawatan Covid-19 untuk menampung pasien-pasien yang bergejala ringan-sedang, sehingga tidak menjadi sumber penularan baru. “Intinya Pemkot terus berinovatif dan berkoordinasi terutama dengan instansi-instansi terkait, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI),” jelas dr Akma. (JB01)