JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Hujan lebat dengan durasi sekitar 2 jam yang mengguyur kota Surabaya membuat beberapa titik di Surabaya sempat merendam Mobil dan Sepeda motor di kawasan Mayjen Sungkono, Pucang dan Raya Kertajaya Surabaya. Sempat viral di media sosial beredarnya video yang menggambarkan situasi dan kondisi, Rabu sore (15/01).
Fraksi partai Golkar menyikapi istilah banjir dengan genangan. Pertiwi Ayu Krishna selaku Ketua Komisi A DPRD kota Surabaya mengomentari istilah Banjir dan Genangan. Apa perbedaan istilah banjir dan genangan, dan indikator apa yang dipakai sebagai parameter kedua istilah tersebut.
Menurutnya, kalau genangan hanya sebatas mata kaki, kalau air sudah mampu merendam diatas lutut bisa disebut banjir. Terbentur dengan berapa lama surutnya air itu, yang jelas dibeberapa titik di Surabaya sudah terendam air hingga diatas lutut, dan ketinggian air hingga merendam mobil dan sepeda motir yang parkir di kawasan Mayjen Sungkono.
“Saya rasa kalau genangan air itu hanya sebatas mata kaki saja. Sedang banjir justru diatas lutut bahkan mampu merendam apa saja,” papar Ayu sapaan Ketua Komisi A ini, Kamis (16/01).
Dibeberapa tempat patut untuk dilakukan evaluasi apakah sistem pengendalian banjir sudah sesuai standar yang diharapakan. Seperti keberadaan Mall- mall di Surabaya sudah mengantongi sertifikat layak fungsi.
“Hal ini yang kita sayangkan kawasan Mayjen Sungkono sepanjang tahun menjadi langganan banjir. Cuman kenapa sepanjang tahun itu belum ada penyelesaian,” ujar dia.
Apalagi ada statemen yang dikeluarkan bahwa ‘Surabaya tidak akan banjir’. Buktinya kemaren kawasan Mayjen Sungkono terendam air hingga diatas lutut orang dewasa, sambung Ayu.
“Yang jelas siapa yang bertanggung jawab atas kejadian kemaren itu, pemerintah atau pengusahanya,” tegasnya.
Sementara, Sekretaris fraksi Demokrat-NasDem DPRD Surabaya, Imam Syafi’i menegaskan, apapun itu istilahnya buktinya genangan air mampu merendam mobil dan beberapa sepeda motor ditempat parkir.
“Saya rasa ini bukan force majeure atau bencana, masak setiap tahun manajemen pengendalian banjir tidak mampu mengurai masalah tersebut,” ungkap Imam.
Karena kejadian ini berkali-kali terjadi sepanjang tahun. Dan hingga kini belum ada penyelesaiannya, imbuhnya
Bagaimana dengan kendaraan warga yang diparkir ditempat itu. Siapa yang akan mengganti jika nanti terjadi kerusakan atas mesinnya, tanya Imam.
“Jangan sampai kejadian ini terus terulang. Artinya tim pemgendalian dan manajemen pengendalian banjir di Surabaya belum sepenuhnya berhasil,” urainya.
Padahal lanjut Imam, di Mayjen Sungkono terdapat beberapa tempat parkir. Dan yang parkir membayar retribusi parkir yang diterima Pemkot. Harusnya kalau ditempat itu menjadi langganan banjir, Pemkot segera mengantisipasi hal itu, tukas Imam. (JB01)