JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Laila Mufidah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke rumah sakit umum daerah (RSUD) dr. Soewandhie, Senin (2/12). Kedatangan Wakil Ketua DPRD kota Surabaya disambut wakil direktur pelayanan RSUD dr Soewandhie, dr Lince terkait pelayanan pada masyarakat.
Sebelum meminta ijin untuk melakukan sidak, Laila Mufidah sempat menanyakan alur pendaftaran dan antrian keloket dan ke IGD terkait pelayanan yang perlu ditangani dulu, baru dicarikan kamar, hal ini yang menjadi perhatiannya.
“Saya cuman memastikan soal pelayanan RSUD dr Soewandhie, jangan sampai ada penolakan pada pasien,” papar politisi PKB ini.
Laila menambahkan, jika dengan sistem online sudah bagus, namun terkait pelayanan BPJS apakah RSUD dr Soewandhie sudah mempersiapkan kemungkinan membludaknya pasien BPJS yang turun kelas.
“Saya berharap dengan sistem online juga tidak memberatkan pasien, misalnya pasien lansia,” ucap dia.
DPRD kota Surabaya terus mendorong agar Pemkot bisa menambah rumah sakit baru, utamanya di kawasan Surabaya Timur maupun di Surabaya Selatan, sambung Laila.
“Ini ada ketidakadilan bagi warga Surabaya. Rumah Sakit yang dimiliki Pemkot ini belum bisa menyentuh masyarakat yang berada di kawasan Surabaya Timur maupun Surabaya Selatan. Oleh karenanya, dewan terus mendorong adanya pemerataan layanan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Surabaya,” ujar Bendahara DPC PKB Surabaya ini.
Sementara, dr Rince selaku wakil direktur pelayanan RSUD dr Soewandhie, Surabaya menyampaikan, pelayanan pada publik RSUD dr Soewandhie tidkt berubah.
“Walupun ada penurunan kelas dari peserta BPJS dari kelas 1 atau kelas 2, kekelas 3. Sementara pelayanan yang kami berikan pada masyarakat tetap stabil,” urai dr Rince.
Pelayanan di IGD bukan merupakan rawat inap, lanjut Rince, akan tetapi tempat perawatan dan penanganan pertama pada pasien dalam kondisi gawat darurat. Pelayanannya khusus tidak berdasarkan nomor antrian tapi kegawatdaruratan.
“Misalnya ada pasien urgent dan mengancam nyawa, maka didahulukan. Di IGD kami menyediakan 22 bed atau tranfer bed,” papar Rince.
Tahun depan RSUD dr Soewandhie menambah 15 transfer bed. Dan gedung dibelakang akan dibangun. Sehingga perlakuan semua pasien disamakan, imbuhnya.
Akan tetapi, kata Rince jika ruang rawat penuh, maka dirujuk ke rumah sakit lainnya, bisa jadi kerumah sakit yang kelasnya sama atau rumah sakit diatasnya.
“Umpamanya di IGD penuh, namun kondisinya gawat, maka ditangani dulu sampai distanbilkan kemudian kami dirujuk,” ucapnya.
Di RSUD dr Soewandhie sendiri tempat tidur 356, sedang kelas 3 yakni 40 persen dari total atau 139 tempat tidur. Kalau VIP cuma 12-13. Kemudian VVIP kelas 1 ada sekitar 36, untuk ICU ada 53 tempat tidur, ungkap dr Rince.
Sambung Rince, SDM kita sudah cukup, memang ada pengembangan didepan ada kekurangan perawat. Sesuai alokasi kementerian 70 perawat untuk RSUD Soewandhie. Untuk staf 400 lebih, perbandingan kontrak 60 : 40. (JB01)