JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Aning Rahmawati,ST atau yang kerab disapa Bunda Aning mendesak agar pembangunan sistem drainase di Surabaya merata dengan terintegrasi kesaluran utama (primier & sekunder). Hal ini menurutnya, kedepan diharapkan Surabaya terbebas dari genangan air dan banjir.
Dia juga mengatakan, seperti halnya saat reses yang dilakukannya dilima titik di Dapil 3, Surabaya, banyak keluhan masayarakat terkait dengan penataan sistem drainase kususnya di perkampungan ditingkat kelurahan.
“Ya, saat saya melakukan reses di Dapil 3, keluhan warga di lima titik reses berlangsung, keluhannya hampir sama yakni terkait penataan saluran drainase diperkampungan supaya terkonekting dengan saluran sekunder menuju ke sungai,” terang Bunda Aning, Jumat (22/11) ditemui diruang rapat Komisi C, DPRD Surabaya.
Ternyata sambung dia, ketika saya perhatikan pembangunan dan penataan saluran drainase diperkampungan masih banyak yang tidak terintegrasi dengan saluran utama. Sehingga, kata politisi PKS ini, air pembuangan yang dikeluarkan dari rumah tangga maupun saat hujan turun masih kita dapati genangan air.
“Ya karena saluran yang ada tidak tersambung dengan saluran sekunder. Kedepan kami berharap agar pembangunan saluran drainase bisa tertata dengan baik oleh Pemkot Surabaya,” paparnya.
Bunda Aning melanjutkan, hal ini supaya penyerapan APBD Surabaya dapat dirasakan oleh semua warga kota Surabaya. Artinya, kata Bunda Aning, penyerapan APBD perlu menjadi perhatian disetiap pembangunan drainase perkampungan ditingkat kelurahan.
“Supaya pembangunan tidak hanya untuk penataan pusat kota. Dengan kata lain pembangunan yang tidak tersentralistis ditengah kota saja,” ujar dia.
Jika saluran sekunder atau saluran primiernya sudah ada, namun saluran tersier diperkampungan terputus jelas ini akan mengakibatkan saluran air saat hujan turun maupun pembuangan air rumah tangga tidak bisa mengalir dengan baik ke saluran utama tentu akan mengakibatkan genangan air yang akan berakibat banjir.
“Rumah pompa yang dibangun oleh Pemkot hanya sebatas membantu kelancaran pembuangan air ke sungai maupun ke laut. Akan tetapi menjadi suatu masalah yang dirasakan warga jika saluran drainase terputus tidak terintegritas kesaluran utamanya, ini yang perlu menjadi perhatian kita,” urainya.
Saat kita, sambung bunda Aning, melakukan konsultasi kepakar hydrolistik ITS, kita bisa menarik kesimpulan. Ketika ada perbaikan jalan pavingisasi tentu akan meninggikan ruas jalan yang akan dipaving. Sejalan dengan penambahan ketinggian jalan, akan menimbulkan masalah baru yakni semakin rendahnya rumah-rumah warga.
“Artinya apa, maka akan terjadi tumpahan air dari jalan yang semakin tinggi dibanding dengan rumah warga. Maka terjadilah keluhan warga atas pembangunan pavingisasi tersebut,” urainya.
Oleh karenanya solusi yang terbaik adalah memperbaiki penataan saluran drainase diperkampungan, supaya tidak ada lagi saluran yang terputus, tukas dia. (JB01)