JURNALBERITA.ID – SURABAYA, Walau pemilihan Wali kota Surabaya masih dua tahun lagi, namun gaungnya sudah berasa. Sejumlah tokoh politik yang dimunculkan seperti Adies Kadir digadang-gadang dan terus mendapatkan dukungan dari MKGR maju dalam kontestasi Pilwali Surabaya 2020.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memunculkan Fandi Utomo (FU) sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya. Politisi Partai Demokrat yang hengkang ke PKB sebagai calon kuat dari partai yang di pimpin Muhaimin Iskandar itu. Ada juga nama wakil wali kota Surabaya Whisnu Sakti Buana (WS) calon kuat yang akan diusung DPC PDI Perjuangan Surabaya. Posisi WS sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya mendapat dukungan dari semua pengurus DPC PDI Perjuangan hingga anak ranting yang akan menggantikan Wali Kota Surabaya Tri Risnaharini.
Dari kalangan birokrat yang mencuat ada Eri Cahyadi yang sekarang menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya. Mantan Kepala Dinas Cipta Karya ini juga memiliki kans sebagai Wali Kota Surabaya menggantikan Ibu Tri Rismaharini, disampaikan pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Suko Widodo.
Menurutnya, Surabaya membutuhkan pemimpin yang visioner dan mempunyai akses internasional. Hal ini guna meneruskan kepemimpinan ibu Risma yang telah mencetak prestasi hingga dikenal dunia Intersional, jelas Suko Widodo melalui pesan Whats App nya, Kamis (31/10).
“Surabaya perlu dipimpin oleh teknokrat yang cerdas, trengginas dan bertrand-record yang jelas. Yang paham perkembangan zaman, punya akses global dan visioner,” terang Suko.
Selain itu kata dia, figur Wali kota Surabaya perlu memiliki back ground intelektual memadai, Cerdas, trengginas (lincah dan terampil, red) dan berintegritas.
“Sosok figur yang dibutuhkan masyarakat Surabaya kedepan pemimpin visioner dan diimplementasikan. Karena publik di Surabaya butuh bukti riil,”paparnya.
Munculnya nama-nama yang ada sekarang seperti Brigita Manohara (TV One), Agnes (SBO) dan Abdul Hakim (Antara Jatim) kalau kita amati masih ditingkat popularitas.
Pertanyaannya, seberapa modal sosial yang sudah ditanamkan ke warga Surabaya. “Masyarakat Surabaya saat ini sudah melihat rekam jejak, apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya yaitu ibu Risma,”jelasnya.
Popularitas, harus dikenal oleh publik. Dikenal gagasan cemerlang. Bukan sekedar baliho belaka. “Mereka perlu gagasan yang cemerlang dan dapat diterima oleh publik Surabaya,” tukas Suko.
Sementara hasil voting terhadap masyarakat Surabaya dengan melibatkan 1 000 responden menempatkan nama Whisnu Sakti Buana Politisi PDI Perjuangan, Eri Cahyadi mewakili birokrat dan Brigita Manohara dari jalur independen menduduki tingkat popularitas tertinggi.
Responden yang dilakukan secara random terhadap pemilih di Surabaya mulai umur 17 tahun hingga 65 tahun dengan porsi yang rata.
Brigita Manohara banyak mendapatkan respon dari kalangan pemilih milenia. Sedang Whisnu mendapat respon suara dari kalangan pekerja dan emak-emak di Surabaya. Sementara basis dukungan Eri Cahyadi mendapat dukungan dari anak-anak muda, emak-emak dan kalangan pekerja.
Masih menurut Suko Widodo, popularitas merupakan modal awal mereka bisa dikenal oleh publik. Kalau mereka bisa mengenalkan gagasan cemerlang pasti mereka dapat merebut hati masyarakat Surabaya.
Nama Agnes cukup populis sebagai presenter yang dikenal masyarakat Surabaya karena dia sering tampil di acara telivisi. Begitu juga dengan presenter cantik, cerdas dan pintar Manohara. “Agnes cukup bagus, tapi lebih oke Manohara. Cuman Manohara jarang di Surabaya,” urai Suko.
Manohara bisa diperhitungkan oleh publik di Surabaya, setelah dia sukses sebagai moderator dalam debat Pilgub Jatim 2018 beberapa waktu lalu. Dia cukup piawai dalam mengendalikan suasana waktu itu, ujar Suko.
“Sayangnya dia jarang di Surabaya, publik Surabaya membutuhkan figur pemimpin yang bisa meneruskan kepemimpinan ibu Tri Rismaharini,” pungkas Suko Widodo. (has)